![]() | |
|
Seperti tajuknya, 'Holiday Spree', kali ini sebuah kesenangan yang meluap-luap dan tak terelakkan sedang berlangsung. Minggu malam, 11 Mei 2022, GOR Harapan Bangsa menggelegak, orang-orang riung di lantai dansa—mosh pit.
Lagi-lagi Banda Aceh mengukuhkan legitimasinya sebagai sebuah wilayah dengan segmentasi musik bawah tanah yang tak terbantahkan. Ekosistem musik keras nyatanya berkembang pesat di Serambi Makkah: viva headbangers!
Sebelum Holiday Spree yang turut serta diisi oleh unit hardcore Bandung, Bleach, Banda Aceh juga sempat disinggahi oleh band kota kembang lainnya. Yaitu, Strangers.
Adapun band-band tersebut yakni, Sanctuary, Cloath, Infect, Tremorrage, dan Leuser. Beberapa nama dari grup tersebut merupakan fraksi hardcore dari Medan.
Holiday Spree hanya satu dari sekian banyak gigs yang menandai berdenyutnya skena musik underground di Serambi Makkah. Nyatanya hampir setiap bulan panggung musik keras dihelat, demi menjaga agar nyala api 'distorsi' yang agung tak padam.
Tahun lalu, provinsi yang berada di ujung utara pulau Sumatera itu bahkan berhasil mengirimkan, Killa The Pia, salah satu unit metalcore-nya, ke festival metal paling bergengsi di dunia yang berpusat di Wacken, Schleswig-Holstein, Jerman. Apalagi kalau bukan Wacken Open Air.
Adapun tapak eksistensi band bawah tanah Aceh di kancah nasional salah satunya dapat ditelusuri melalui album Metalik Klinik II yang rilis pada tahun 2000. Serial kedua kompilasi unit bawah tanah Indonesia yang diproduseri oleh RotorCorp bekerja sama dengan salah satu label mayor itu, menaruh Plincore pada lis paling atas.
Plincore adalah salah satu band metal kelahiran Kota Langsa, Aceh, yang saat itu muncul dengan lagu berjudul Sangkakala. Namun, jauh sebelum Plincore, komunitas musik bawah tanah di provinsi ini telah bergerilya dari balik kegelapan.
Selain dua komunitas tadi, muncul pula skena lain seperti Blackened Arcane pada kutub black metal, dan Brutalliez, sebagai pagar betis yang menjaga muruah death metal. Kelompok yang terdiaspora ke dalam beberapa fraksi itu sempat fusi di bawah bendera Ulee Beuso Community.
Arena mosh pit pun digelar teratur, agar metalheads dapat berdansa ria—moshing, headbang, bahkan wall of death. Mengutip Liputan6.com, Desember 2013 lalu, puluhan band metal di Serambi Makkah unjuk gigi dalam pagelaran terbuka dan terbesar perdana bernama Atjeh Metal Fest.
Belakangan, Dari Kita Untuk Kita (DKUK) dan Riot Space hadir sebagai ruang kolektif yang terus menjaga agar legasi musik bawah tanah, terutama di Banda Aceh, tetap terawat. Sekali lagi, viva headbangers!
0 Komentar: