Pandemic Rage digagas dalam masa-masa Covid-19 (Dok. Pandemic Rage)  KUARTET bernama Pandemic Rage ini adalah pelantang alias megafon. Lirik...

Pandemic Rage adalah Megafon

Pandemic Rage digagas dalam masa-masa Covid-19 (Dok. Pandemic Rage) 


KUARTET bernama Pandemic Rage ini adalah pelantang alias megafon. Lirik bagi mereka adalah kritik.


Pandemic Rage dinaungi oleh Gabriella Agelia Ayu alias Gege selaku vokalis, Latief Dwi Saputro gitaris, Faizal Rahman basis, serta David Jihad dramer. Unit hardcore yang bermarkas di Kota Gede, Yogyakarta, ini telah menancapkan sangirnya.


Salah satu lagu mereka berjudul Unjustice (Hardcore Version) merupakan ekspresi dari amarah yang mentah apa adanya. Lagu tersebut tampil sebagai kritikan yang tak muluk-muluk, mudah dimengerti, namun tetap terdengar militan.


Kacang lupa kulit, setelah jadi pemenang/Janji omong kosong, lalu terlupakan/Kau menindas, tanpa perasaan/Kau mata duitan, rakyat kelaparan


"Unjustice adalah salah satu tempat kami untuk melakukan 'demo' dan bersuara," kata sang basis, Izal, di dalam jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Hardcore Bergerak.


Selain Unjustice (Hardcore Version), Pandemic Rage memiliki dua lagu lainnya, yakni Moving Wild Through, dan Hard Fucking Core. Kedua lagu ini, masing-masing berisikan kemarahan dan ungkapan kepuasan.


"Kita akan launching single ke empat.Kami memang terkonsep untuk keluarin per single karena media sekarang lebih luas enggak harus EP ataupun mungkin untuk rencana ke depannya kalau sudah keluar single sampai delapan, kami akan cetak fisik berbentuk CD," jelas Izal.


Saat ini, Pandemic Rage merasa cocok dengan formasi di mana Gege mengisi lini vokal menggantikan vokalis sebelumnya. Bergabungnya Gege juga menjadi semacam "patahan" yang mengubah spektrum band yang sebelumnya lebih dekat ke Nu Metal dan Rap Rock ke hardcore.


Gege dan Faizal sempat bareng dalam sebuah band bernama Dawnfold. Setelah memutuskan keluar dari band lamanya, Faizal berinisiatif membangun band bersama temannya, Latief.


Pandemic Rage digagas pada 2020, dalam situasi saat dunia masih dicengkeram momok virus Covid-19. Setelah mengajak seorang teman lama bernama, David, selaku orang yang akan mengisi dram, Izal dan Latief pun menggandeng seorang raper lokal bernama Malik.


Dengan formasi ini, Pandemic Rage berhasil menetaskan lima single. Namun, lagu-lagu mereka saat itu, diakui oleh Faizal, kurang mendapat tempat karena dirasa masih memiliki kekurangan.


"Lagu-lagu kami terdengar setengah matang, energinya tak sampai," ungkap Faizal.


Dengan Pandemic Rage, Faizal cs merasa istikamah dengan genre yang sedang mereka tekuni saat ini. Mereka berusaha untuk tidak terjebak dalam subgenre hardcore tertentu karena ingin energi yang akan mereka ledakkan jauh lebih bebas.


"Hardcore bukan sekadar genre, tetapi juga sarana untuk bersenang-senang, bersuara, menyampaikan kritik, dan menyalurkan bakat. Hardcore adalah tempat kami membentuk sebuah keluarga, relasi, dan juga alur hidup yang kita pilih," pungkas Faizal.[]

0 Komentar: