![]() |
Outlife adalah manifesto, sebuah deklarasi melawan status quo! (Dok. Outlife) |
SEANDAINYA ada yang pantas mendapat rekognisi atas perilisan album di tahun ini, Outlife mungkin jadi salah satunya. Kuintet hardcore punk asal Yogyakarta ini merupakan salah satu contoh dari kompleksitas perlawanan serta kesederhanaan yang berdaya rusak.
Outlife tak berusaha tampil beringas sebagaimana lazimnya anak-anak hardcore meledakkan nawala patra mereka yang cenderung diiringi oleh limpahan kemarahan berbalut lirik metaforis. Judul lagu yang dientaskan oleh Ayu cs malah cenderung kalem ketimbang yang lain.
Dalam EP (album mini) berkekuatan enam trek —terhitung intro— bertajuk Still Alive, di bawah bendera Gimme Gimme Rekords, pada dua lagu pertama, Outlife menyuguhkan kronik perjalanan band melalui Wake Up Call dan Still Alive. Namun, Outlife tentu bukanlah selongsong kosong, mereka adalah peluru tajam.
“Human Rights, single ketiga kami bercerita tentang perlawanan, semangat untuk tetap tegar dan berani menghadapi ‘bobrok’nya sistem di negara ini yang berakibat demo besar yang berujung kekerasan bahkan memakan korban serta pelanggaran HAM yang dilakukan oleh gagahnya oknum-oknum institusi kebal hukum!” tegas anak-anak Outlife dalam rilis mereka kepada Hardcore Bergerak.
Usai melesatkan peluru ke muka rezim, Outlife kembali melandai dengan tema optimisme dalam Insureksi Diri —satu-satu lagu berbahasa Indonesia di dalam album Still Alive. Lagu ini menggambarkan pergulatan batin dalam upaya melawan skeptisisme, penghakiman, hingga serangan overthinking.
“Lagu Insureksi Diri mendorong kita untuk selalu optimis, tetapi realistis, dan saling membantu antarsesama manusia maupun makhluk hidup,” kata mereka.
Selanjutnya, kita diperkenalkan dengan Change For Better sekaligus pemungkas dari album mini Outlife. Lagu ini lagi-lagi berkutat seputar kisah hidup band dan upaya mereka menjaga eksistensi.
“Single ini sekaligus sebagai penanda kembalinya Outlife dengan warna baru. Lagu ini memiliki lirik sederhana tetapi makna yang dalam seperti pada potongan liriknya yang berarti ‘tidak ada kata terlambat untuk sebuah perubahan’ dan ‘berubah untuk jadi lebih baik’,” demikian jelas mereka.
Dengan semangat beat NYHC, Outlife sendiri merupakan ekstraksi dari sejumlah nama, seperti Madball, Agnostic Front, Sick of It All berpadu dengan distorsi yang ganas dari Terror hingga Obituary dengan warna vokal versi perempuan Dan Heselton.
Outlife sendiri saat ini dihuni Fransisca Ayu selaku frontliner, Syah Roni dan Khen dan masing-masing pemegang gitar, Adi Nugroho bas, dan Gilang Ramadhon dram. Keberadaan Outlife sendiri adalah manifesto yang menunjukkan bahwa hardcore adalah space yang ekual dan siap menunjang bokong para patriark!.[]
0 Komentar: